Merasa terkejut ketika melihat peragaan data produksi udang Vaname dunia yang dirilis oleh narasumber Erwin Termaat (Kontali Norwegia) pada acara Shrimp Summit, berlangsung tanggal 22 – 25 Juni 2025, di Grand Hyyat Bali, Nusa Dua. Termaat memprediksi bahwa tahun 2025 produksi Vaname Indonesia hanya tumbuh plus 6 persen, yaitu naik menjadi 385.000 ton. Prestasi ini jauh di bawah ambisi target produksi udang 2 juta ton tahun 2024 yang direncanakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sementara itu produksi Vaname India dan Vietnam diperkirakan pada tahun yang sama naik sebesar plus 5 persen menjadi 1.106.000 ton dan 704.000 ton. Selanjutnya Equador menjadi top produsen dengan produksi Vaname sebesar 1.538.000 ton dan tumbuh sebesar 10 persen.
China pada saat ini merupakan konsumer udang terbesar. Dan hanya mampu memproduksi udang pada pada tahun 2025 diperkirakan sebesar 992.000 ton dengan laju pertumbuhan plus 5 persen. Negara yang warganya senang konsumsi seafood diperkirakan kesulitan meningkatkan produksi karena keterbatasan lahan. Negara ini, tahun sebelumnya masih harus mengimpor udang sebesar 1 juta ton, memenuhi kebutuhan warganya yang saat ini berjumlah 1,408 milyar jiwa dan berada pada urutan kedua setelah India. Dan peluang ini diperebutkan sejumlah negara produsen. Equador jadi pemasok utama memenuhi kebutuhan tersebut dengan kontribusi hampir 70 persen, disusul oleh India dan Vietnam. Sementara Indonesia baru mamasok sebesar satu persen, sekitar 10.800 ton. Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan.
Ekspor udang Indonesia pada tahun 2024 sebesar 215 ribu ton, dan 70 persen di antaranya tujuan Amerika Serikat, sisanya tujuan Jepang dan Uni Eropa. Daya beli masyarakat Amerika dalam beberapa tahun terakhir cenderung turun karena resesi ekonomi. Ini jadi tantangan baru untuk pemasaran. Selain itu, mengisi pasar China dan Uni Eropa serta Jepang, menuntut mutu udang yang lebih tinggi. Bahkan, ke pasar China udang mesti diproses dalam kondisi hidup yang pada saat ini dikenal dengan istilah shrimp live cooked. Jika berpatokan pada potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Negara Kepulauan ini, mestinya Indonesia menjadi penghasil udang terbesar, mengingat memiliki garis pantai hampir 100 ribu km terpanjang kedua dunia. Equador memiliki garis pantai yang pendek tidak lebih dari 3 ribu km, Vietnam 3,2 ribu km dan India sekitar 8 ribu km. Ini bermakna bahwa mereka bisa memanfaatkan sumberdaya yang terbatas untuk kemajuan industri udangnya.
Sejumlah faktor fundamental yang dinilai menjadi hambatan meningkatkan kinerja udang Indonesia, dan harus menjadi perhatian serius. Harapannya agar Indonesia tidak lagi terus disalib oleh Negara yang baru belajar berbudidaya udang. Faktor fundanental itu antara lain;
Pertama Pembenahan tatakelola memproduksi benur (benih urang) di hatchery. Hal ini berkaca pada realita bahwa hampir 60 persen benur yang diproduksi dan diedarkan saat ini berada dalam kondisi tidak sehat. Realita ini disebabkan antara lain lemahnya pengawasan penerapan SOP baku produksi benur oleh hatchery. Ditambah terbatasnya laboratorium yang terstandarisasi guna pengujian kesehatan benur dan penyakit yang terjadi saat budidaya. Kebutuhan induk udang bebas dan tahan penyakit dominan didatangkan dari Negara lain seperti Hawai maupun Florida. Sementara itu cacing laut hasil budidaya dan bebas penyakit, untuk pakan induk juga masih diimpor dan harganya mahal. Cacing laut yang digunakan di hatchery Indonesia pada saat ini dominan berasal tangkapan di alam. Disinyalir bahwa ini menjadi pintu masuk penyakit pada benur karena cacing itu telah terkontaminasi bakteri dan virus.
Kedua, harga pokok penjualan (HPP) lebih tinggi dibanding Equador, India dan Vietnam. Terhadap Equador, Indonesia lebih mahal 0,7 $US setiap kg udang. Sementara itu terhadap India dan Vietnam lebih mahal 0,5 dan 0.3 $US. Tingginya HPP Indonesia lebih disebabkan tingkat kegagalan yang tinggi pada saat budidaya di tambak, karena berbagai penyakit. Ongkos logistik juga menjadi sebab tingginya HPP, karena konsekwensi sebagai Negara kepulauan.
Ketiga, mutu udang saat tiba di pabrik prosessing menurun jauh karena jarak ke industri prosessing memerlukan waktu 2 hingga 3 hari. Mutu udang seperti ini belum dipersoalkan tujuan pasar Amerika Serikat. Namun untuk pasar Uni Eropa, Jepang dan China menuntut mutu udang yang lebih tinggi. Ketiga Negara ini , kini menjadi tujuan pasar utama Equador, Vietnam dan India yang harga jualnya lebih tinggi.
Keempat, proses perizinan usaha budidaya dinilai masih ribet dan berbelit karena masih menjadi kewenagan sejumlah kementerian dan lembaga. Dan ditambah dengan konsekuensi hukum apabila melanggar seperti yang dialami petambak Karimun Jawa, Jepara Provinsi Jawa Tengah, membuat pelaku usaha berpikir berinvestasi. Perlindungan terhadap bisnis ini juga dinilai kurang berpihak dan sering digeser oleh usaha lain yang berinvestasi disekitar lokus. Kemudian mengancam keberlanjutan dari bisnis udang tersebut yang notabenenya berdiri lebih awal.
Kelima, bisnis ini dipandang masuk kategori high risk oleh lembaga keuangan, sehingga pemberian pinjaman sangat selektif. Ini berbeda dengan sikap lembaga keuangan di Equador, India dan Vietnam yang memberikan pelayanan yang lebih kondusif dengan suku bunga yang lebih rendah. Meningkatkan kinerja industri udang Nasional, diharapkan Pemerintah memberi perhatian terhadap usaha produksi induk udang mandiri, usaha budidaya cacing bebas penyakit serta perbaikan tatakelola usaha pembenihan, pertambakan, dan upaya perlindungan bagi bisnis yang dinilai strategis ini.
Diharapkan pengembangan industri udang (hulu dan hilir) Nasional saatnya berbasis cluster pulau besar agar HPP bisa ditekan dan mutu udang ditingkatkan serta penyebaran penyakit mampu dikendalikan. Investasi, antara lain menjadi kunci kuseksesan dari tujuan tersebut. Dan sebaiknya perlu dipertimbangkan dana yang terakomodir dalam Danantara bisa dialokasikan mendorong industri ini, dan menyelesaikan persoalan yang fundamental
Untuk sekedar konsultasi dan bertanya ketersediaan stock, bisa langsung menghubungi salah satu nomor what’sApp kami.
Untuk info lebih lanjut, kunjungi link di bawah ini:
Untuk pemesanan, bisa di link berikut ini:
https://www.tokopedia.com/bumiwirasta
Untuk kontak dan konsultasi lebih lanjut, hubungi nomor what's app di: 08161633702 / 081317243812
PT Bumi Wirastaraya Sejahtera adalah Perusahaan yang mendistibusikan beberapa merk pompa dan blower ternama di Indonesia. Kami memiliki pengalaman dalam hal pasokan teknis, kami melayani beberapa produk kualitas tinggi dari merk terkenal berdasarkan kebutuhan pelanggan.
Produk kami sangant cocok untuk kebutuhan di sewage treatmen plant,
Detail